Senin, 11 Juni 2012

makam Syekh Maulana Al-Magribi atau nama aslinya: Syaid Abdudurachman Al-Idrus





Wali Allah yang dimakamkan di Desa Salimbatu atau yang dikenal makam Syekh Maulana Al-Magribi, bernama asli Syaid Abdudurachman Al-Idrus berasal dari Sulu Filipina Selatan, dan berjasa besar dalam menyebarkan Islam pertama kali di Bulungan.

almarhum Syech Syaid Abdudurachman Al-Idrus lebih dikenal dengan sebutan Al-Magribi tatkala beliau wafat. Konon saat prosesi pemakaman dilaksanakan, matahari seakan enggan masuk keperaduannya, karena menghormati kesolehan almarhum yang sepanjang hidupnya hanya dipergunakan untuk beribadah dan berbuat kebaikan kepada sesama.

Namun setelah warga yang ikut memakamkan pulang kerumah waktu sudah menunjukan pukul 08.00 Wita malam. Maka mulai semenjak itulah warga mengeramatkan makam Syech Syaid Abdudurachman Al-Magribi.

Untuk menyebarkan Islam ke Bulungan, Syech Syaid Abdudurachman Al-Idrus ditemani dua murid setianya yaitu Syech Al-Juhri dan Sultan Iskandar salah satu Sultan yang berkuasa di salah satu kerajaan di Sulu Filipina Selatan yang rela meninggalkan harta, keluarga dan kekuasaan yang dimilikinya hanya semata-mata kecintaan yang tinggi kepada Allah SWT.

Setelah Syech Syaid Abdududrachman Al-Idrus wafat, kedua muridnya tetap melaksanakan dakwah untuk mengajak umat islam mengikuti jejak keduanya untuk menegakkan agama Islam. Hingga akhir hayatnya Syech Al-Juhri dan Sultan Iskandar tetap bermukim di Desa Salimbatu diman makam keduanya berdampingan dengan makam sang guru yaitu Syech Syaid Abdudurachman Al-Idrus.

selain itu kedatangan beliau ini pula yang menjadi sumber cerita awal mula nama desa SALIMBATU itu berasal.

makam beliau terletak dihulu desa salimbatu tepatnya di pinggiran sungai dimana awal mula tempat kedatangan beliau dan tempat terjadinya fenomena alam, dimana dulunya makam beliau itu lah tempat batu yang bergetar disaat beliau pertama kali datang di desa salimbatu, dimana batu itu bergetar disaat beliau memberi salam, "assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh", dan salam itu tidak ada yang menyahut/merespon, tiba-tiba batu tempat beliau beristirahat bergetar seakan-akan menjawab salam sapaan beliau, karena masyarakat didesa salimbatu sebelumnya belum menganut agama islam,sehingga mereka gak ada yang mengerti sapaan salam dari beliau. mereka hanya terdiam dan terheran akan kedatangan beliau.

 (c/t)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar